Membuka Lahan Pertanian Dengan Cara Membakar Hutan Dapat Menyebabkan

membuka lahan pertanian dengan cara membakar hutan dapat menyebabkan image
membuka lahan pertanian dengan cara membakar hutan dapat menyebabkan image

Membuka Lahan Pertanian Dengan Cara Membakar Hutan Dapat Menyebabkan. Membuka lahan pertanian dengan cara membakar hutan adalah suatu praktik yang sering kali digunakan oleh beberapa petani untuk memperluas area pertanian.

Namun, metode ini membawa dampak yang sangat merugikan bagi lingkungan dan ekosistem di sekitarnya.

Dampak negatif dari pembakaran hutan ini mencakup kerusakan ekologis, kontribusi terhadap perubahan iklim, serta ancaman terhadap keanekaragaman hayati.

Meskipun mungkin dianggap sebagai cara yang cepat dan mudah, namun praktek ini menimbulkan masalah besar dan berpotensi mengakibatkan kerugian jangka panjang.

Oleh karena itu, penting untuk mencari alternatif lain yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan dalam memperluas lahan pertanian.

Kita akan membahas lebih lanjut tentang dampak negatif dari pembukaan lahan dengan cara membakar hutan dan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.

Membuka Lahan Pertanian Dengan Cara Membakar Hutan Dapat Menyebabkan: Dampak Ekologis Pembakaran Hutan

membuka lahan pertanian dengan cara membakar hutan dapat menyebabkan image
membuka lahan pertanian dengan cara membakar hutan dapat menyebabkan image

Pembakaran hutan untuk membuka lahan pertanian memiliki dampak ekologis yang sangat serius. Berikut adalah beberapa dampak negatif yang dapat terjadi:

  1. Kerusakan Ekosistem: Hutan adalah rumah bagi beragam spesies tumbuhan dan hewan. Pembakaran hutan mengakibatkan hilangnya habitat alami bagi banyak makhluk hidup, termasuk spesies langka dan terancam punah. Kerusakan ekosistem ini dapat mengganggu rantai makanan dan keseimbangan alamiah.
  2. Penurunan Keanekaragaman Hayati: Akibat pembakaran hutan, keanekaragaman hayati di wilayah tersebut akan menurun drastis. Banyak spesies tumbuhan dan hewan akan hilang, menyebabkan kerugian besar bagi biodiversitas global.
  3. Perubahan Iklim: Hutan berperan penting dalam menyerap karbon dioksida dari atmosfer dan berkontribusi dalam mengurangi efek rumah kaca. Pembakaran hutan akan mengeluarkan banyak karbon dioksida dan gas rumah kaca lainnya ke atmosfer, menyebabkan peningkatan efek pemanasan global.
  4. Erosi Tanah: Setelah hutan terbakar, lahan akan menjadi rawan terhadap erosi tanah karena tutupan vegetasi yang hilang. Hujan akan merusak lapisan tanah dan menyebabkan erosi, yang dapat mengancam kesuburan tanah dan mengurangi daya dukung lahan pertanian.
  5. Banjir dan Longsor: Hilangnya vegetasi hutan dapat menyebabkan tanah menjadi tidak stabil, yang meningkatkan risiko banjir dan longsor di wilayah tersebut. Hal ini berdampak pada kehidupan masyarakat dan infrastruktur di sekitar area yang terbakar.
  6. Kualitas Udara Buruk: Pembakaran hutan menghasilkan asap dan partikel yang dapat mencemari udara. Hal ini menyebabkan kualitas udara menjadi buruk dan berpotensi menyebabkan masalah kesehatan pada manusia dan hewan.
  7. Hilangnya Sumber Mata Air: Hutan berperan penting dalam menjaga siklus air dan sebagai tempat penyimpanan air. Pembakaran hutan mengurangi kapasitas hutan untuk menahan air, sehingga menyebabkan penurunan aliran air di sungai dan hilangnya sumber air bagi masyarakat sekitar.

Dampak-dampak di atas menunjukkan bahwa pembakaran hutan untuk membuka lahan pertanian adalah tindakan yang tidak berkelanjutan dan merugikan bagi lingkungan dan manusia.

Diperlukan pendekatan yang lebih bijaksana dan berkelanjutan dalam mengelola lahan pertanian untuk menjaga keberlanjutan lingkungan dan sumber daya alam kita.

Membuka Lahan Pertanian Dengan Cara Membakar Hutan Dapat Menyebabkan: Kontribusi Terhadap Perubahan Iklim

Pembakaran hutan untuk membuka lahan pertanian memiliki kontribusi signifikan terhadap perubahan iklim. Berikut adalah beberapa aspek kontribusinya:

  1. Emisi Gas Rumah Kaca: Pembakaran hutan menghasilkan emisi besar gas rumah kaca, terutama karbon dioksida (CO2). Gas-gas ini bertanggung jawab atas efek pemanasan global dan perubahan iklim yang sedang terjadi. Semakin banyak hutan yang terbakar, semakin tinggi tingkat emisi CO2 yang dilepaskan ke atmosfer.
  2. Pengurangan Penyerapan Karbon: Hutan berperan sebagai penyerap karbon alami. Ketika hutan terbakar, tidak hanya emisi CO2 yang meningkat, tetapi juga hilangnya kemampuan hutan untuk menyerap karbon dari atmosfer. Hal ini menyebabkan akumulasi karbon dioksida yang lebih tinggi di udara.
  3. Perubahan Pola Hujan: Hutan berperan dalam mengatur pola hujan dan aliran air. Pembakaran hutan dapat mengubah pola hujan, menyebabkan perubahan iklim mikro di wilayah setempat, dan bahkan dapat berdampak pada siklus hujan regional.
  4. Efek Pendinginan Lokal: Hutan memiliki kemampuan untuk mengurangi suhu udara melalui proses evaporasi dan transpirasi dari daun pohon. Saat hutan terbakar, kemampuan ini hilang dan menyebabkan peningkatan suhu di wilayah tersebut.
  5. Gangguan Pola Angin: Hutan juga mempengaruhi pola angin lokal. Pembakaran hutan dapat mengganggu aliran angin dan mengakibatkan perubahan dalam pola angin yang dapat berdampak pada iklim lokal dan regional.
  6. Hilangnya Spesies: Hutan adalah rumah bagi beragam spesies tumbuhan dan hewan. Dengan hilangnya hutan akibat pembakaran, spesies-spesies tersebut kehilangan habitat alami mereka, menyebabkan penurunan populasi dan ancaman bagi keberlanjutan biodiversitas.
  7. Penurunan Ketahanan Terhadap Perubahan Iklim: Dengan hilangnya hutan, kemampuan ekosistem untuk beradaptasi dengan perubahan iklim juga menurun. Hal ini berarti bahwa wilayah yang telah mengalami deforestasi menjadi lebih rentan terhadap dampak perubahan iklim, seperti banjir, kekeringan, dan peningkatan tingkat suhu.
Baca Juga  Terjadinya Pengendapan Garam Dan Kalsium Pada Rongga Ginjal Menyebabkan Penyakit

Dengan melihat kontribusi negatif yang besar terhadap perubahan iklim, penting untuk mengadopsi praktik pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, seperti agroforestri dan penanaman kembali hutan, guna mengurangi efek negatif dari pembukaan lahan pertanian dengan cara membakar hutan.

Selain itu, upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim juga perlu ditingkatkan untuk mengatasi tantangan perubahan iklim yang semakin mendesak.

Membuka Lahan Pertanian Dengan Cara Membakar Hutan Dapat Menyebabkan: Ancaman Kehilangan Keanekaragaman Hayati

Ancaman kehilangan keanekaragaman hayati merupakan salah satu dampak serius dari pembakaran hutan untuk membuka lahan pertanian.

Berikut adalah beberapa aspek yang dapat dijelaskan terkait ancaman ini:

  1. Kehilangan Habitat: Hutan merupakan rumah bagi ribuan spesies flora dan fauna. Saat hutan terbakar, habitat alami bagi beragam spesies menjadi rusak atau hilang. Akibatnya, banyak spesies yang mengalami penurunan populasi, bahkan berada di ambang kepunahan.
  2. Ekstinksi Spesies: Pembakaran hutan menyebabkan hilangnya spesies tumbuhan dan hewan yang unik dan endemik di wilayah tersebut. Jika habitat asli mereka hancur, maka kemungkinan besar spesies-spesies tersebut akan punah.
  3. Gangguan pada Siklus Kehidupan: Banyak spesies tumbuhan dan hewan bergantung pada hutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ketika hutan terbakar, siklus kehidupan dan pola makan spesies-spesies ini terganggu, mengancam keseimbangan ekosistem.
  4. Hilangnya Sumber Daya Alam: Hutan menyediakan beragam sumber daya alam yang sangat penting bagi masyarakat, seperti kayu, air bersih, dan berbagai produk hutan lainnya. Pembakaran hutan dapat mengakibatkan kelangkaan dan berkurangnya ketersediaan sumber daya alam ini.
  5. Mengganggu Keragaman Genetik: Hutan memiliki keragaman genetik yang kaya pada berbagai spesies. Saat hutan terbakar, keragaman genetik ini terancam karena hilangnya individu-individu dengan karakteristik unik.
  6. Dampak Terhadap Ekosistem: Hutan memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Saat hutan terbakar, ekosistem dapat mengalami kerusakan yang luas, termasuk terjadinya erosi tanah, banjir, dan kerugian lainnya.
  7. Mengurangi Potensi Obat dan Bahan Berguna Lainnya: Hutan hutan kaya akan sumber daya alam yang memiliki potensi untuk digunakan sebagai obat-obatan dan bahan-bahan berguna lainnya. Pembakaran hutan dapat menyebabkan hilangnya potensi ini untuk dikembangkan lebih lanjut dalam bidang kedokteran dan industri.

Dengan memahami ancaman serius yang dihadapi keanekaragaman hayati akibat pembakaran hutan, penting untuk mengedepankan pendekatan berkelanjutan dalam pengelolaan lahan pertanian dan konservasi hutan.

Upaya pencegahan degradasi hutan, pemulihan ekosistem, dan pengelolaan sumber daya alam yang bijaksana dapat membantu mengurangi dampak negatif dan melestarikan keanekaragaman hayati bagi generasi mendatang.

Penyebab Kebakaran Hutan oleh Pertanian

Kebakaran hutan yang disebabkan oleh aktivitas pertanian merupakan masalah serius yang menyebabkan kerusakan lingkungan dan ancaman terhadap keanekaragaman hayati.

Berikut adalah beberapa penyebab utama kebakaran hutan yang terkait dengan praktik pertanian:

  1. Pembukaan Lahan Baru: Salah satu penyebab utama kebakaran hutan adalah untuk membuka lahan baru sebagai persiapan untuk pertanian atau perkebunan. Beberapa petani menerapkan metode tradisional membakar hutan sebagai cara cepat dan murah untuk membersihkan lahan sebelum ditanami. Praktik ini dapat menyebabkan kebakaran hutan yang tak terkendali dan merambat ke wilayah yang lebih luas.
  2. Praktik Pertanian Konvensional: Beberapa praktik pertanian konvensional, seperti pembersihan lahan dengan membakar sisa-sisa tanaman atau sampah pertanian, juga dapat menyebabkan kebakaran hutan yang tidak terkendali. Jika tidak diawasi dengan baik, api dapat menyebar dan mencapai hutan di sekitarnya.
  3. Pembukaan Lahan Perkebunan: Perluasan perkebunan juga menjadi penyebab kebakaran hutan. Ketika lahan hutan dikonversi menjadi perkebunan, terutama untuk komoditas seperti kelapa sawit atau karet, hutan sering dibakar untuk membersihkan lahan. Praktik ini seringkali tidak diawasi secara ketat dan dapat menyebabkan kebakaran yang meluas.
  4. Penggunaan Api untuk Pemeliharaan Lahan: Beberapa petani menggunakan api sebagai bagian dari pemeliharaan lahan mereka, seperti membakar sisa-sisa tanaman untuk meningkatkan kesuburan tanah. Namun, jika tidak dilakukan dengan hati-hati, penggunaan api ini dapat menyebabkan kebakaran hutan yang tidak terkendali.
  5. Praktik Pembukaan Lahan Liar: Di beberapa wilayah, praktik pembukaan lahan liar oleh masyarakat juga dapat menyebabkan kebakaran hutan. Pembukaan lahan liar umumnya tidak diatur dan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan yang serius.
  6. Cuaca Ekstrem: Selain aktivitas manusia, cuaca ekstrem juga dapat menjadi penyebab kebakaran hutan. Musim kemarau yang panjang dan kering meningkatkan risiko kebakaran hutan karena vegetasi lebih mudah terbakar dan api dapat dengan cepat menyebar.
  7. Kurangnya Kesadaran dan Pendidikan: Kurangnya kesadaran dan pendidikan mengenai bahaya kebakaran hutan serta teknik pertanian yang berkelanjutan dapat menyebabkan petani tidak menyadari potensi bahaya kebakaran yang mungkin timbul dari praktik mereka.
Baca Juga  Konferensi Meja Bundar Terjadi Pada Tanggal 23 Agustus Sampai 2 November 1949 Yang Bertempat Di

Untuk mengurangi kebakaran hutan yang disebabkan oleh pertanian, diperlukan pendekatan yang berkelanjutan dan pengelolaan lahan yang bijaksana.

Peningkatan kesadaran tentang bahaya kebakaran hutan dan edukasi mengenai praktik pertanian yang ramah lingkungan akan membantu mencegah dan mengurangi risiko kebakaran hutan di masa depan.

Alternatif Membuka Lahan Tanpa Pembakaran

Alternatif untuk membuka lahan tanpa pembakaran merupakan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko kebakaran hutan dan dampak negatifnya terhadap lingkungan. Berikut adalah beberapa alternatif yang dapat dipertimbangkan:

  1. Metode Mekanis: Menggunakan metode mekanis seperti traktor atau alat berat untuk membersihkan lahan dan menggali tanah adalah cara yang lebih aman daripada membakar hutan. Metode ini memerlukan investasi awal dalam peralatan, tetapi dapat mengurangi risiko kebakaran dan merusak tanah secara lebih berkelanjutan.
  2. Pembersihan Manual: Pembersihan lahan secara manual menggunakan tenaga kerja manusia untuk membersihkan sisa-sisa vegetasi dan sampah pertanian. Meskipun memerlukan waktu dan tenaga, metode ini lebih aman dan berpotensi mengurangi risiko kebakaran.
  3. Perkebunan Agroforestri: Agroforestri adalah sistem pertanian berkelanjutan yang menggabungkan tanaman pertanian dengan pohon dan vegetasi lainnya. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan produktivitas lahan tetapi juga dapat mencegah erosi tanah dan mengurangi risiko kebakaran hutan.
  4. Penggunaan Mulsa: Mulsa adalah lapisan organik yang ditempatkan di atas tanah untuk menutupi permukaan tanah. Mulsa dapat membantu mencegah pertumbuhan gulma, meningkatkan kesuburan tanah, dan mengurangi risiko kebakaran dengan mengurangi paparan vegetasi terhadap api.
  5. Penggunaan Bahan Organik sebagai Pupuk: Alih-alih membakar sisa-sisa tanaman dan sampah pertanian, bahan organik dapat digunakan sebagai pupuk untuk meningkatkan kesuburan tanah. Hal ini membantu mempertahankan kelembaban tanah dan mendorong pertumbuhan tanaman yang lebih sehat.
  6. Praktik Pertanian Berkelanjutan: Menggunakan praktik pertanian berkelanjutan seperti rotasi tanaman, penanaman tumpangsari, dan pengelolaan air yang efisien dapat membantu menjaga keseimbangan lingkungan dan mengurangi tekanan terhadap lahan hutan.
  7. Edukasi dan Kesadaran: Meningkatkan kesadaran petani tentang bahaya kebakaran hutan dan memberikan edukasi mengenai praktik pertanian berkelanjutan dapat membantu mengubah pola pikir dan perilaku menuju praktik yang lebih ramah lingkungan.
  8. Konservasi Hutan: Salah satu alternatif terbaik adalah menghentikan praktik pembukaan lahan dengan cara membakar hutan secara langsung dan beralih ke konservasi hutan. Hutan memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan ketersediaan air, serta sebagai habitat bagi keanekaragaman hayati.

Dengan mengadopsi alternatif- alternatif ini, diharapkan dapat mengurangi dampak negatif pembukaan lahan yang dilakukan dengan pembakaran hutan.

Penting untuk mengedukasi dan membantu para petani untuk beralih ke praktik-praktik yang lebih berkelanjutan demi menjaga keberlanjutan lingkungan dan keanekaragaman hayati.

Peran Masyarakat dalam Konservasi Lingkungan

Peran masyarakat dalam konservasi lingkungan sangat penting karena masyarakat adalah salah satu aktor utama yang berinteraksi langsung dengan lingkungan sekitar mereka.

Tanpa partisipasi aktif dan kesadaran dari masyarakat, upaya konservasi lingkungan tidak akan mencapai hasil yang optimal.

Berikut ini adalah beberapa cara di mana masyarakat dapat berperan dalam konservasi lingkungan:

  1. Kesadaran Lingkungan: Salah satu peran utama masyarakat dalam konservasi lingkungan adalah meningkatkan kesadaran tentang pentingnya melestarikan sumber daya alam. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang dampak aktivitas manusia terhadap lingkungan, masyarakat akan lebih cenderung mengambil tindakan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan.
  2. Partisipasi dalam Program Konservasi: Masyarakat dapat berpartisipasi dalam program-program konservasi yang diselenggarakan oleh pemerintah, LSM, atau kelompok-kelompok lingkungan. Mereka dapat turut serta dalam penanaman pohon, pembersihan pantai, pemantauan satwa liar, dan kegiatan-kegiatan lain yang berfokus pada pelestarian lingkungan.
  3. Pengelolaan Sampah: Masyarakat dapat berperan dalam mengelola sampah dengan cara yang bertanggung jawab. Pengurangan, daur ulang, dan pengelolaan sampah organik adalah langkah-langkah yang dapat membantu mengurangi dampak negatif sampah terhadap lingkungan.
  4. Penggunaan Energi Terbarukan: Menggunakan sumber energi terbarukan seperti energi matahari, angin, atau air dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dan membantu melindungi lingkungan dari dampak perubahan iklim.
  5. Partisipasi dalam Pengawasan Lingkungan: Masyarakat dapat berperan dalam pengawasan lingkungan dengan melaporkan aktivitas yang merusak lingkungan, seperti pembakaran hutan ilegal, limbah industri yang tidak teratur, atau perusakan sumber daya alam.
  6. Pendidikan Lingkungan: Masyarakat dapat berperan sebagai pendidik dalam hal lingkungan. Mereka dapat menyebarkan informasi tentang pentingnya lingkungan yang sehat dan bagaimana menjaganya kepada keluarga, teman-teman, dan anggota komunitas lainnya.
  7. Berpartisipasi dalam Pengambilan Keputusan: Masyarakat dapat berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan yang berhubungan dengan lingkungan, baik melalui partisipasi dalam forum-forum masyarakat atau dengan mendukung inisiatif-inisiatif konservasi yang berkelanjutan.
  8. Mempraktikkan Gaya Hidup Berkelanjutan: Masyarakat dapat mengadopsi gaya hidup yang lebih berkelanjutan, seperti mengurangi konsumsi air dan listrik, menggunakan transportasi ramah lingkungan, atau mengurangi konsumsi produk yang menghasilkan banyak limbah.
Baca Juga  Dasar Hukum Bahwa Negara Republik Indonesia Adalah Kesatuan Terdapat Pada UUD NRI Tahun 1945 …

Dalam rangka mencapai konservasi lingkungan yang berhasil, kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, LSM, dan masyarakat secara keseluruhan adalah kunci.

Melibatkan masyarakat secara aktif dalam upaya konservasi akan membawa manfaat jangka panjang bagi lingkungan dan keberlanjutan sumber daya alam.

Kebijakan Perlindungan Hutan dan Lahan

Kebijakan perlindungan hutan dan lahan adalah langkah penting dalam upaya menjaga keberlanjutan lingkungan.

Berbagai kebijakan tersebut diimplementasikan oleh pemerintah dan organisasi lingkungan dengan tujuan untuk mencegah deforestasi, merestorasi lahan yang terdegradasi, dan melestarikan keanekaragaman hayati.

Berikut adalah beberapa contoh kebijakan perlindungan hutan dan lahan yang sering diterapkan:

  1. Penghentian Izin Penebangan Hutan: Salah satu kebijakan yang umum diterapkan adalah penghentian izin penebangan hutan di kawasan-kawasan tertentu, terutama di hutan-hutan primer dan kawasan konservasi. Kebijakan ini bertujuan untuk mengurangi deforestasi dan kerusakan ekosistem hutan.
  2. Pembentukan Taman Nasional dan Kawasan Lindung: Pemerintah seringkali membentuk taman nasional dan kawasan lindung sebagai langkah untuk melindungi keanekaragaman hayati dan habitat alam. Kawasan ini dikelola dengan ketat untuk mencegah kegiatan-kegiatan yang merusak lingkungan.
  3. Restorasi Hutan dan Rehabilitasi Lahan: Kebijakan restorasi hutan dan rehabilitasi lahan bertujuan untuk memulihkan ekosistem yang terdegradasi akibat aktivitas manusia, seperti pertanian berlebihan atau pertambangan. Kebijakan ini melibatkan penanaman kembali pohon-pohon yang telah ditebang atau pengembalian lahan pertanian yang tidak produktif menjadi lahan hutan.
  4. Pengaturan Penggunaan Lahan: Penerapan kebijakan untuk mengatur penggunaan lahan dapat membantu mencegah konversi hutan menjadi lahan pertanian atau pemukiman. Pengaturan ini biasanya melibatkan zonasi lahan berdasarkan fungsinya, misalnya zonasi konservasi, zonasi pertanian, dan zonasi pemukiman.
  5. Insentif Konservasi: Pemerintah dan organisasi lingkungan sering memberikan insentif bagi masyarakat atau perusahaan yang berkontribusi pada konservasi hutan dan lahan. Insentif ini bisa berupa bantuan keuangan, pengurangan pajak, atau kesempatan akses ke sumber daya alam tertentu.
  6. Penerapan Peraturan Terkait Lingkungan: Kebijakan perlindungan hutan dan lahan juga terkait dengan penerapan peraturan dan undang-undang terkait lingkungan. Peraturan ini bertujuan untuk mengatur aktivitas manusia yang berpotensi merusak lingkungan, seperti penebangan liar atau pembakaran hutan.
  7. Penyuluhan dan Edukasi: Selain kebijakan formal, penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat juga merupakan bagian dari upaya perlindungan hutan dan lahan. Edukasi tentang pentingnya konservasi lingkungan dan teknik-teknik berkelanjutan dalam pengelolaan sumber daya alam dapat membantu masyarakat lebih peduli dan berpartisipasi aktif dalam perlindungan lingkungan.

Kebijakan-kebijakan ini memiliki peran krusial dalam menjaga keberlanjutan sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Implementasi kebijakan perlindungan hutan dan lahan yang efektif akan memberikan manfaat jangka panjang bagi konservasi alam dan kualitas hidup manusia.

***

Sebagai kesimpulan, membuka lahan pertanian dengan cara membakar hutan adalah praktik yang sangat merugikan dan berbahaya.

Dampak negatif yang ditimbulkan oleh pembakaran hutan tidak hanya terbatas pada lingkungan, tetapi juga pada masyarakat dan kehidupan hewan yang tinggal di sekitarnya.

Untuk menjaga keberlanjutan lingkungan dan ekosistem, penting bagi kita untuk menghentikan praktik-praktik yang merusak seperti ini.

Sebagai gantinya, petani dapat mencari metode lain yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan dalam memperluas lahan pertanian, seperti pertanian berbasis konservasi, penggunaan teknologi pertanian modern, dan praktik-praktik agroforestri.

Dengan mengedepankan prinsip-prinsip keberlanjutan dan pelestarian alam, kita dapat menjaga kelestarian hutan dan lingkungan untuk generasi yang akan datang.

Semua pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan petani, perlu bersama-sama berkomitmen untuk melindungi hutan dan bumi kita demi kesejahteraan bersama dan masa depan yang lebih baik.

Tentunya hal membuka lahan pertanian dengan cara membakar hutan dapat menyebabkan, harus kita pelajari dengan baik.

Originally posted 2023-08-08 05:41:45.

Tentang Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *