Soekarno Menawarkan Sebuah Konsep Tata Dunia Yang Baru Dan Terangkum Dalam Konsepsi Politik Bernama

Soekarno Menawarkan Sebuah Konsep Tata Dunia Yang Baru Dan Terangkum Dalam

Presiden Soekarno menawarkan sebuah konsep tata dunia yang baru yang terangkum dalam konsepsi politiknya bernama NASAKOM (Nasionalisme, Agama, Komunisme). Gagasan ini disampaikan dalam pidatonya yang terkenal di Sidang Umum PBB pada 1960 berjudul “To Build The World a New”. Melalui NASAKOM, Soekarno berupaya mempromosikan perdamaian dunia dan dekolonisasi dengan menghormati nasionalisme, agama, dan prinsip sosialisme. Konsep ini dianggap sebagai jalan tengah dalam persaingan ideologi antara Barat dan Timur saat itu.

Poin Penting

  • Soekarno menawarkan konsep tata dunia baru bernama NASAKOM (Nasionalisme, Agama, Komunisme)
  • Konsep ini disampaikan dalam pidato di Sidang Umum PBB 1960
  • NASAKOM berupaya mempromosikan perdamaian dunia dan dekolonisasi
  • Konsep ini dianggap sebagai jalan tengah dalam persaingan ideologi Barat-Timur
  • NASAKOM mencerminkan prinsip toleransi dan keadilan sosial dalam Pancasila

Latar Belakang Konsep NASAKOM

Gagasan NASAKOM sebenarnya sudah dipikirkan Soekarno sejak 1927, jauh sebelum Indonesia merdeka. Soekarno menulis rangkaian artikel berjudul “Nasionalisme, Islam, dan Marxisme” dalam majalah Indonesia Moeda, yang merefleksikan pemikirannya tentang tiga ideologi utama yang menjadi pilar pergerakan nasional di Indonesia kala itu.

Kritik Soekarno terhadap Demokrasi Parlementer

Pada 1956, Soekarno mengkritik sistem Demokrasi Parlementer yang dianggapnya tidak cocok untuk diterapkan di Indonesia. Menurutnya, Demokrasi Parlementer melindungi sistem kapitalisme dan tidak bisa memakmurkan rakyat. Selain itu, Soekarno juga menganggap Demokrasi Parlementer dapat membahayakan pemerintahan.

Usulan Demokrasi Terpimpin Berdasarkan NASAKOM

Sebagai alternatif, Soekarno mengusulkan konsep baru yang disebut Demokrasi Terpimpin yang didasari oleh tiga pilar utama: Nasionalisme, Agama, dan Komunisme (NASAKOM). Tiga pilar ini dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan tiga faksi utama dalam politik Indonesia yaitu tentara, kelompok Islam, dan komunis.

Soekarno Menawarkan Sebuah Konsep Tata Dunia Yang Baru Dan Terangkum Dalam

Dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tanggal 30 September 1960 di New York, Soekarno menyampaikan pidato berjudul “To Build the World a New”. Melalui pidato tersebut, Soekarno menawarkan konsep Nasakom sebagai solusi bagi perpecahan dunia dalam persaingan ideologis saat itu.

Pidato Soekarno di Sidang Umum PBB 1960

Soekarno menyatakan bahwa NASAKOM merupakan konsepsi politiknya yang menghormati nasionalisme, agama, dan prinsip sosialisme. Pemahaman “komunisme” di sini adalah sebagai sosialisme, dengan dasar pemikiran pada prinsip keadilan sosial yang juga menjadi dasar pemikiran politik Karl Marx.

Konsepsi Politik NASAKOM: Nasionalisme, Agama, Komunisme

Soekarno percaya bahwa perbedaan dan perpecahan dunia dalam persaingan ideologis antara Barat dan Timur saat itu bisa dijawab dengan menghormati nasionalisme, agama dan prinsip sosialisme. Dengan demikian, NASAKOM diposisikan sebagai jalan tengah yang menawarkan solusi untuk perdamaian dunia.

NASAKOM sebagai Jalan Tengah dalam Persaingan Ideologi

Melalui NASAKOM, Soekarno yakin bahwa perbedaan dan perpecahan dunia dalam persaingan ideologis antara Barat dan Timur saat itu bisa dijawab dengan menghormati nasionalisme, agama dan prinsip sosialisme. Dengan demikian, NASAKOM diposisikan sebagai jalan tengah yang menawarkan solusi untuk perdamaian dunia.

NASAKOM

Implementasi NASAKOM di Indonesia

Setelah gagasan NASAKOM terbentuk, Presiden Soekarno berusaha menyatukan tiga kekuatan politik utama di Indonesia: Partai Nasional Indonesia (PNI) yang berhaluan nasionalis, Nahdlatul Ulama yang berhaluan agama, dan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang berhaluan komunis. Tujuannya adalah untuk memperkuat posisi Soekarno sebagai pemimpin sekaligus perekat berbagai ideologi yang bersaing di Indonesia.

Kampanye NASAKOM secara Nasional dan Internasional

Soekarno sangat gencar mengkampanyekan konsep NASAKOM-nya, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di forum internasional. Selain dalam Sidang Umum PBB 1960, Soekarno juga menegaskan kembali pentingnya NASAKOM dalam Sidang Panca Tunggal Seluruh Indonesia di Istana Negara, Jakarta, tanggal 23 Oktober 1965. Kampanye ini dilakukan untuk mempromosikan NASAKOM sebagai solusi atas perpecahan dunia dalam persaingan ideologis saat itu.

Implementasi NASAKOM

Oposisi dan Akhir NASAKOM

Gagasan NASAKOM Soekarno ditentang oleh Mohammad Hatta, sang wakil presiden. Hatta kurang cocok dengan kerjasama Soekarno dengan PKI dalam kerangka NASAKOM. Bagi Hatta, Demokrasi Terpimpin juga membuat kekuasaan negara semakin terpusat pada sosok presiden.

Sekuat apapun Soekarno mempertahankan NASAKOM-nya, gagasan ini akhirnya kandas seiring dengan luruhnya pamor PKI akibat Gerakan 30 September 1965.

Baca Juga  Jelaskan Cara Perkembangbiakan Hewan Untuk Menjaga Kelestarian Spesiesnya

Berakhirnya NASAKOM juga disebabkan oleh peralihan kekuasaan dari Orde Lama ke Orde Baru, di mana pemimpin baru Indonesia, Soeharto, sangat anti-komunis. Dengan demikian, gagasan NASAKOM pun berakhir.

Warisan NASAKOM dalam Pancasila

Presiden Soekarno menyatakan bahwa NASAKOM merupakan perwujudan dari Pancasila dan UUD 1945. Menurutnya, siapa yang setuju dengan Pancasila, harus setuju dengan NASAKOM, dan siapa yang menolak NASAKOM, sebenarnya juga menolak Pancasila.

NASAKOM sebagai Perwujudan Pancasila dan UUD 1945

Pada dasarnya, NASAKOM mencerminkan prinsip toleransi dan keadilan sosial yang menjadi inti dari Pancasila. Soekarno percaya bahwa NASAKOM dapat menjadi landasan kuat bagi Indonesia untuk menghadapi berbagai tantangan, sebagaimana prinsip Bhinneka Tunggal Ika yang tercantum dalam Pancasila.

Kesimpulan

Meskipun gagasan NASAKOM Presiden Soekarno akhirnya kandas, pemikirannya tetap menjadi bagian penting dalam pembentukan identitas dan ideologi kebangsaan Indonesia. Prinsip toleransi dan keadilan sosial yang terkandung dalam NASAKOM menjadi pondasi Pancasila dan UUD 1945 sebagai falsafah pemersatu bangsa Indonesia yang majemuk.

Soekarno tetap yakin bahwa tradisi pluralisme dan toleransi yang mengakar dalam adat-istiadat masyarakat lokal akan menjadi kekuatan bagi Indonesia untuk menghadapi tantangan di masa depan. Warisan pemikiran Soekarno ini terus menjadi inspirasi bagi upaya-upaya mempertahankan dan memperkuat persatuan bangsa Indonesia.

Meskipun NASAKOM tidak lagi menjadi kebijakan resmi negara, semangat yang terkandung di dalamnya, yakni menghormati keberagaman ideologi, tetap relevan sebagai landasan bangsa Indonesia yang majemuk. Inilah salah satu warisan berharga Presiden Soekarno bagi Indonesia.

FAQ

Apa yang dimaksud dengan konsep NASAKOM yang ditawarkan oleh Presiden Soekarno?

Konsep NASAKOM (Nasionalisme, Agama, Komunisme) merupakan gagasan politik Presiden Soekarno yang bertujuan untuk mempromosikan perdamaian dunia dan dekolonisasi dengan menghormati nasionalisme, agama, dan prinsip sosialisme. Konsep ini dianggap sebagai jalan tengah dalam persaingan ideologi antara Barat dan Timur saat itu.

Kapan Soekarno menyampaikan konsep NASAKOM untuk pertama kalinya?

Gagasan NASAKOM sebenarnya sudah dipikirkan Soekarno sejak 1927, jauh sebelum Indonesia merdeka. Soekarno menulis rangkaian artikel berjudul “Nasionalisme, Islam, dan Marxisme” dalam majalah Indonesia Moeda, yang merefleksikan pemikirannya tentang tiga ideologi utama yang menjadi pilar pergerakan nasional di Indonesia kala itu.

Apa latar belakang Soekarno mengusulkan konsep Demokrasi Terpimpin berdasarkan NASAKOM?

Pada 1956, Soekarno mengkritik sistem Demokrasi Parlementer yang dianggapnya tidak cocok untuk diterapkan di Indonesia. Menurutnya, Demokrasi Parlementer melindungi sistem kapitalisme dan tidak bisa memakmurkan rakyat. Sebagai alternatif, Soekarno mengusulkan konsep baru yang disebut Demokrasi Terpimpin yang didasari oleh tiga pilar utama: Nasionalisme, Agama, dan Komunisme (NASAKOM).

Bagaimana Soekarno mempromosikan konsep NASAKOM di forum internasional?

Dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tanggal 30 September 1960 di New York, Soekarno menyampaikan pidato berjudul “To Build the World a New”. Melalui pidato tersebut, Soekarno menawarkan konsep Nasakom sebagai solusi bagi perpecahan dunia dalam persaingan ideologis saat itu. Soekarno juga gencar mengkampanyekan konsep NASAKOM-nya, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di forum internasional.

Bagaimana respon terhadap konsep NASAKOM di dalam negeri?

Setelah gagasan NASAKOM terbentuk, Soekarno berusaha menyatukan tiga kekuatan politik utama di Indonesia: Partai Nasional Indonesia (PNI) yang berhaluan nasionalis, Nahdlatul Ulama yang berhaluan agama, dan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang berhaluan komunis. Namun, gagasan NASAKOM Soekarno ditentang oleh Mohammad Hatta, sang wakil presiden, yang kurang cocok dengan kerjasama Soekarno dengan PKI dalam kerangka NASAKOM.

Mengapa konsep NASAKOM Soekarno akhirnya kandas?

Sekuat apapun Soekarno mempertahankan NASAKOM-nya, gagasan ini akhirnya kandas seiring dengan luruhnya pamor PKI akibat Gerakan 30 September 1965. Berakhirnya NASAKOM juga disebabkan oleh peralihan kekuasaan dari Orde Lama ke Orde Baru, di mana pemimpin baru Indonesia, Soeharto, sangat anti-komunis. Dengan demikian, gagasan NASAKOM pun berakhir.

Bagaimana warisan pemikiran NASAKOM Soekarno dalam pembentukan identitas dan ideologi kebangsaan Indonesia?

Meskipun gagasan NASAKOM Soekarno akhirnya kandas, warisan pemikirannya tetap menjadi bagian penting dalam pembentukan identitas dan ideologi kebangsaan Indonesia. Prinsip toleransi dan keadilan sosial yang terkandung dalam NASAKOM menjadi pondasi Pancasila dan UUD 1945 sebagai falsafah pemersatu bangsa Indonesia yang majemuk.

Tentang Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *