Presiden Soekarno menawarkan sebuah konsep tata dunia yang baru yang terangkum dalam konsepsi politiknya bernama NASAKOM (Nasionalisme, Agama, Komunisme). Gagasan ini disampaikan dalam pidatonya yang terkenal di Sidang Umum PBB pada 1960 berjudul “To Build The World a New”. Melalui NASAKOM, Soekarno berupaya mempromosikan perdamaian dunia dan dekolonisasi dengan menghormati nasionalisme, agama, dan prinsip sosialisme. Konsep ini dianggap sebagai jalan tengah dalam persaingan ideologi antara Barat dan Timur saat itu.
Contents
- 1 Latar Belakang Konsep NASAKOM
- 2 Soekarno Menawarkan Sebuah Konsep Tata Dunia Yang Baru Dan Terangkum Dalam
- 3 Implementasi NASAKOM di Indonesia
- 4 Oposisi dan Akhir NASAKOM
- 5 Warisan NASAKOM dalam Pancasila
- 6 Kesimpulan
- 7 FAQ
- 7.1 Apa yang dimaksud dengan konsep NASAKOM yang ditawarkan oleh Presiden Soekarno?
- 7.2 Kapan Soekarno menyampaikan konsep NASAKOM untuk pertama kalinya?
- 7.3 Apa latar belakang Soekarno mengusulkan konsep Demokrasi Terpimpin berdasarkan NASAKOM?
- 7.4 Bagaimana Soekarno mempromosikan konsep NASAKOM di forum internasional?
- 7.5 Bagaimana respon terhadap konsep NASAKOM di dalam negeri?
- 7.6 Mengapa konsep NASAKOM Soekarno akhirnya kandas?
- 7.7 Bagaimana warisan pemikiran NASAKOM Soekarno dalam pembentukan identitas dan ideologi kebangsaan Indonesia?
- 7.8 Tentang Penulis
Poin Penting
- Soekarno menawarkan konsep tata dunia baru bernama NASAKOM (Nasionalisme, Agama, Komunisme)
- Konsep ini disampaikan dalam pidato di Sidang Umum PBB 1960
- NASAKOM berupaya mempromosikan perdamaian dunia dan dekolonisasi
- Konsep ini dianggap sebagai jalan tengah dalam persaingan ideologi Barat-Timur
- NASAKOM mencerminkan prinsip toleransi dan keadilan sosial dalam Pancasila
Latar Belakang Konsep NASAKOM
Gagasan NASAKOM sebenarnya sudah dipikirkan Soekarno sejak 1927, jauh sebelum Indonesia merdeka. Soekarno menulis rangkaian artikel berjudul “Nasionalisme, Islam, dan Marxisme” dalam majalah Indonesia Moeda, yang merefleksikan pemikirannya tentang tiga ideologi utama yang menjadi pilar pergerakan nasional di Indonesia kala itu.
Kritik Soekarno terhadap Demokrasi Parlementer
Pada 1956, Soekarno mengkritik sistem Demokrasi Parlementer yang dianggapnya tidak cocok untuk diterapkan di Indonesia. Menurutnya, Demokrasi Parlementer melindungi sistem kapitalisme dan tidak bisa memakmurkan rakyat. Selain itu, Soekarno juga menganggap Demokrasi Parlementer dapat membahayakan pemerintahan.
Usulan Demokrasi Terpimpin Berdasarkan NASAKOM
Sebagai alternatif, Soekarno mengusulkan konsep baru yang disebut Demokrasi Terpimpin yang didasari oleh tiga pilar utama: Nasionalisme, Agama, dan Komunisme (NASAKOM). Tiga pilar ini dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan tiga faksi utama dalam politik Indonesia yaitu tentara, kelompok Islam, dan komunis.
Soekarno Menawarkan Sebuah Konsep Tata Dunia Yang Baru Dan Terangkum Dalam
Dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tanggal 30 September 1960 di New York, Soekarno menyampaikan pidato berjudul “To Build the World a New”. Melalui pidato tersebut, Soekarno menawarkan konsep Nasakom sebagai solusi bagi perpecahan dunia dalam persaingan ideologis saat itu.
Pidato Soekarno di Sidang Umum PBB 1960
Soekarno menyatakan bahwa NASAKOM merupakan konsepsi politiknya yang menghormati nasionalisme, agama, dan prinsip sosialisme. Pemahaman “komunisme” di sini adalah sebagai sosialisme, dengan dasar pemikiran pada prinsip keadilan sosial yang juga menjadi dasar pemikiran politik Karl Marx.
Konsepsi Politik NASAKOM: Nasionalisme, Agama, Komunisme
Soekarno percaya bahwa perbedaan dan perpecahan dunia dalam persaingan ideologis antara Barat dan Timur saat itu bisa dijawab dengan menghormati nasionalisme, agama dan prinsip sosialisme. Dengan demikian, NASAKOM diposisikan sebagai jalan tengah yang menawarkan solusi untuk perdamaian dunia.
NASAKOM sebagai Jalan Tengah dalam Persaingan Ideologi
Melalui NASAKOM, Soekarno yakin bahwa perbedaan dan perpecahan dunia dalam persaingan ideologis antara Barat dan Timur saat itu bisa dijawab dengan menghormati nasionalisme, agama dan prinsip sosialisme. Dengan demikian, NASAKOM diposisikan sebagai jalan tengah yang menawarkan solusi untuk perdamaian dunia.
Implementasi NASAKOM di Indonesia
Setelah gagasan NASAKOM terbentuk, Presiden Soekarno berusaha menyatukan tiga kekuatan politik utama di Indonesia: Partai Nasional Indonesia (PNI) yang berhaluan nasionalis, Nahdlatul Ulama yang berhaluan agama, dan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang berhaluan komunis. Tujuannya adalah untuk memperkuat posisi Soekarno sebagai pemimpin sekaligus perekat berbagai ideologi yang bersaing di Indonesia.
Kampanye NASAKOM secara Nasional dan Internasional
Soekarno sangat gencar mengkampanyekan konsep NASAKOM-nya, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di forum internasional. Selain dalam Sidang Umum PBB 1960, Soekarno juga menegaskan kembali pentingnya NASAKOM dalam Sidang Panca Tunggal Seluruh Indonesia di Istana Negara, Jakarta, tanggal 23 Oktober 1965. Kampanye ini dilakukan untuk mempromosikan NASAKOM sebagai solusi atas perpecahan dunia dalam persaingan ideologis saat itu.
Oposisi dan Akhir NASAKOM
Gagasan NASAKOM Soekarno ditentang oleh Mohammad Hatta, sang wakil presiden. Hatta kurang cocok dengan kerjasama Soekarno dengan PKI dalam kerangka NASAKOM. Bagi Hatta, Demokrasi Terpimpin juga membuat kekuasaan negara semakin terpusat pada sosok presiden.
Sekuat apapun Soekarno mempertahankan NASAKOM-nya, gagasan ini akhirnya kandas seiring dengan luruhnya pamor PKI akibat Gerakan 30 September 1965.
Berakhirnya NASAKOM juga disebabkan oleh peralihan kekuasaan dari Orde Lama ke Orde Baru, di mana pemimpin baru Indonesia, Soeharto, sangat anti-komunis. Dengan demikian, gagasan NASAKOM pun berakhir.
Warisan NASAKOM dalam Pancasila
Presiden Soekarno menyatakan bahwa NASAKOM merupakan perwujudan dari Pancasila dan UUD 1945. Menurutnya, siapa yang setuju dengan Pancasila, harus setuju dengan NASAKOM, dan siapa yang menolak NASAKOM, sebenarnya juga menolak Pancasila.
NASAKOM sebagai Perwujudan Pancasila dan UUD 1945
Pada dasarnya, NASAKOM mencerminkan prinsip toleransi dan keadilan sosial yang menjadi inti dari Pancasila. Soekarno percaya bahwa NASAKOM dapat menjadi landasan kuat bagi Indonesia untuk menghadapi berbagai tantangan, sebagaimana prinsip Bhinneka Tunggal Ika yang tercantum dalam Pancasila.
Kesimpulan
Meskipun gagasan NASAKOM Presiden Soekarno akhirnya kandas, pemikirannya tetap menjadi bagian penting dalam pembentukan identitas dan ideologi kebangsaan Indonesia. Prinsip toleransi dan keadilan sosial yang terkandung dalam NASAKOM menjadi pondasi Pancasila dan UUD 1945 sebagai falsafah pemersatu bangsa Indonesia yang majemuk.
Soekarno tetap yakin bahwa tradisi pluralisme dan toleransi yang mengakar dalam adat-istiadat masyarakat lokal akan menjadi kekuatan bagi Indonesia untuk menghadapi tantangan di masa depan. Warisan pemikiran Soekarno ini terus menjadi inspirasi bagi upaya-upaya mempertahankan dan memperkuat persatuan bangsa Indonesia.
Meskipun NASAKOM tidak lagi menjadi kebijakan resmi negara, semangat yang terkandung di dalamnya, yakni menghormati keberagaman ideologi, tetap relevan sebagai landasan bangsa Indonesia yang majemuk. Inilah salah satu warisan berharga Presiden Soekarno bagi Indonesia.